Usia remaja, terutama SMP, adalah masa-masa paling genting dalam hubungan kalian dengan orang tua. Berdasarkan pengalaman saya sih demikian adanya. Pada periode ini sering terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil antara kalian dan orang tua. Mulai dari beda pendapat soal hal kecil sampai dengan hal-hal penting dalam hidup kalian.
Gawatnya lagi, ada persepsi berbeda antara kalian dan orang tua dalam memandang sebuah permasalahan. Maksudnya begini, masalah yang kalian anggap penting dan mendesak, ternyata hanya masalah kecil bagi orang tua, demikian sebaliknya.
Contoh nih, Super Junior manggung di Jakarta. Sebagai ELF, kamu pasti mati-matian ingin nonton. Apa daya, konser itu berlangsung saat kamu ulangan umum. Waduh! Kamu pun menangis sejadi-jadinya karena gagal lihat Lee Teuk dan Siwon beraksi (ini kenapa jadi pengalaman pribadi ya? :p). Sementara kamu meratapi nasib gagal ketemu idola, ibumu cuma bereaksi pendek,"Tahun depan juga bisa nonton lagi kok." Langsung kamu nyeletuk,"Tapi tahun depan nggak ada Lee Teuk, Buuu!!" lalu lanjut nangis bombay :p
Contoh lainnya, suatu hari ayah meminta bantuan kamu untuk mencuci mobil. Karena kamu sedang asyik mengerjakan tugas (ehm, memang pernah keasyikan bikin tugas?), kamu nggak langsung dengar suara ayah di luar. Belum sempat menjawab lagi, tiba-tiba ayah sudah ada di sebelahmu dan ngomel panjang lebar, "Kamu tuh dimintain tolong pasti banyak alasan! Memang susah ya kalau punya anak nggak bisa diandalkan, disuruh ini, bilang nanti, disuruh itu, bilang lagi nanti. Jadi laki-laki itu harus sigap, cepat, jangan lelet!" Giliran kamu yang bengong mendengar omelan ayah. 'Lah, emang aku salah apaan ya?' begitu pikirmu.
Hhhh, susah ya? Begini salah, begitu salah, semua selalu salah. Kalian pun berpikir, kenapa sih orang tua selalu merasa paling benar? Kenapa sih orang tua selalu menuntut banyak dari kita? Kenapa orang tua kita kok nggak asyik? Kenapa orang tua kita kok nggak gaul? Kenapa oh kenapaaaaa???
Buntutnya, kalian sering merasa berbicara dengan orang tua adalah BEBAN. Soalnya, sudah malas duluan untuk mulai bicara, karena khawatir diberi ceramah panjang lebar, khawatir dinilai negatif, dan sederetan khawatir lainnya. Akhirnya, kalian cuma bicara kalau kepepet, kalau butuh sesuatu yang mendesak (butuh uang), atau kalau orang tua dipanggil ke sekolah. Rasanya nggak pernah kalian bercerita tentang rutinitas di sekolah, tentang teman-pacar-guru, dll pada orang tua. Kalau nggak ditanya yaaaa nggak cerita deh!
Merasa seperti itu?
Ehem, padahal yaaa kalau kalian jarang bercerita tentang keseharian di sekolah, orang tua akan sulit memahami dunia remaja yang penuh warna. Sulit bicara dengan bahasa kalian alias susah nyambung. Sulit untuk mengerti kalian. Bagaimana mau bisa memahami kalian jika kalian sendiri enggan membuka diri?
So, how to talk to your parents?
Check this out! :)
Punya pertanyaan lebih lanjut?
Feel free to ask me! :)
0 comments:
Post a Comment